Styrofoam, bahaya vs manfaat

Ada yang belom kenal Styrofoam?? itu loh yang biasa untuk tempat makan dan gelas es krim, biasanya sih berwarna putih bersih. Emang harga dan kualitas steril kayanya terjamin dan banyak disukai banyak orang. Tapi adakah yang tahu juga bahaya dibalik manfaat dan dibalik sisi ekonomisnya? Lebih mengerikan...

Styrofoam yang sering digunakan untuk membungkus makanan atau kebutuhan lain juga dapat menimbulkan masalah. Hasil survei di AS (1986) menunjukkan, 100 persen jaringan lemak orang Amerika mengandung styrene yang berasal dari styrofoam. Penelitian dua tahun kemudian menyebutkan, kandungan styrene sudah mencapai ambang batas yang bisa memunculkan gejala gangguan saraf.

Demikian pula penelitian di New Jersey. Ditemukan 75 persen air susu ibu (ASI) telah terkontaminasi styrene. Hal ini terjadi akibat si ibu menggunakan wadah styrofoam saat mengonsumsi makanan. Penelitian yang sama juga menyebutkan, styrene bisa bermigrasi ke janin melalui plasenta pada ibu-ibu hamil.

Dalam jangka panjang dapat mengakibatkan penumpukan styrene dalam tubuh, dan menimbulkan gejala-gejala sistem saraf seperti kelelahan, gelisah, sulit tidur. Bahkan styrofoam dapat menyebabkan kemandulan atau menurunkan kesuburan. Anak yang terbiasa mengonsumsi styrene bisa kehilangan kreativitas dan pasif.

Pada Juli 2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu penyakit berupa gangguan sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan.

Bahan pengemas styrofoam atau polystyrene telah menjadi salah satu pilihan yang paling populer dalam bisnis pangan. Tetapi, riset terkini membuktikan bahwa styrofoam diragukan keamanannya. Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styrene ini menjadi pilihan bisnis pangan karena mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang.

Selain itu, bahan tersebut juga mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah, lebih aman, serta ringan. Pada Juli 2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang mengungkapkan bahwa residu Styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan.


Ternyata, Stereofoam ini amat sangan berbahaya!! Tentunya bagi kesehatan manusia dan juga lingkungan. Kandungan yang terdapat seperti Benzen, Carsinogen, Styrene, akan beraksi dengan cepat begitu makanan dimasukan kedalamnya. Uap panas dari makanan akan memicu reaksi kimia ini terjadi lebih cepat, Misal zat Benzen sudah bereaksi masuk kedalam tubuh lalu masuk kedalam jaringan darah lalu terakumulasi selama bertahun-tahun akan menimbulkan kerusakan pada sum-sum tulang belakang, anemia, dan bahkan mengurangi produksi sel darah merah.

Untuk lingkunganpun juga sangat berbahaya!! Kebayang gak sih kalau sampah abadi yang satu ini terus menumpuk??  Bahkan kalau sampe sampah abadi ini mengalir ke laut maka sudah tentu biota laut kita bakal terganggu ekosistemnya, karena Styrofoam akan beraksi dengan air laut dan menyebabkan biota laut terganggu kehidupannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar